Opini Pribadi !!.
Note. Yang namanya OPINI Pribadi mungkin bisa salah atau ada benarnya. Kalau banyak salahnya, Saya mohon Maaf !.
Dari tahun ke tahun, prestasi
olahraga Judo Indonesia terus menurun. Terakhir, kontingen Judo Merah Putih
harus pulang dengan beragam versi cerita kontroversial di Sea Games bahkan
tanpa segenggam pun medali yang diperoleh dari ajang Asian Games, cabang
olahraga Judo yang dahulunya adalah lumbung padi perolehan medali negeri ini.
Apa yang salah dengan dunia keolahragaan Indonesia kontemporer?
![]() |
Judo Trisakti : Memulai dari NOL |
Di antara berbagai persoalan yang
membelit perkembangan olahraga Indonesia akhir-akhir ini, ada beberapa
persoalan utama yang perlu menjadi catatan tersendiri. Di antaranya adalah
sistem pembinaan olahraga yang dikembangkan selama ini, yang ternyata
berkontribusi secara signifikan terhadap terpuruknya prestasi Indonesia. Banyak
kalangan yang menilai kegagalan ini diperparah oleh kurang seriusnya pembinaan
olahraga itu sendiri. Kita sudah jauh tertinggal di segala lini. Terutama soal
pemanfaatan IPTEK olahraga. Pola pengembangan olahraga nasional masih bersifat
tradisional, tak lebih dari rutinitas sebagai bagian ritual yang berorientasi
pada pencapaian prestasi secara instan berdasarkan pengalaman masa lalu yang
miskin inovasi.
Berpijak dari fakta tersebut,
upaya untuk mengembalikan kejayaan olahraga nasional, tidak bisa tidak, harus
dimulai melalui reformasi bangunan sistem keolahragaan Tanah Air, dengan
penekanan utama pada pergeseran paradigma pembinaan olahraga yang tidak sekadar
berorientasi pada pencapaian medali. Medali harus dianggap sebagai konsekuensi
logis pembinaan olahraga yang tertata dan terintegrasi dalam sistem yang mapan.
Komponen utama sistem pembinaan
Dalam membangun sistem pembinaan
olahraga tersebut, ada beberapa komponen utama yang perlu diperhatikan.
Komponen-komponen utama tersebut terdiri atas: pertama, fungsi, yang
mengarahkan dan menjadi penarik. Kedua, manajemen, untuk merencanakan,
mengendalikan, menggerakkan, dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan sehingga
tertuju pada tujuan guna meningkatkan efisiensi teknis dan ekonomis.
Ketiga, faktor ketenagaan, di
mana saat ini isu nasional dalam pembinaan olahraga masih berkutat pada
kelangkaan tenaga-tenaga profesional yang dipersiapkan secara khusus untuk
membina olahraga melalui program pendidikan atau pelatihan.
![]() |
Team Instruktor Judo Arena |
Keempat, tenaga pembina. Beberapa
permasalahan utama yang terkait dengan komponen ini berhubungan dengan belum adanya
standar persyaratan tenaga profesional pembina olahraga yang dibangun secara
sistemik. Pengakuan formal dari pemerintah terhadap jabatan ini masih minim,
termasuk di dalamnya pengakuan terhadap status dan kompetensi mereka yang
berimplikasi pada sistem penghargaan dan jaminan sosial yang mereka terima.
Kelima, atlet atau olahragawan.
Tak jauh berbeda dengan komponen tenaga pembina, faktor-faktor klasik seperti
penghargaan serta jaminan sosial yang mereka terima menjadi permasalahan serius
yang ikut menentukan kegairahan pencapaian prestasi yang secara keseluruhan
ikut menentukan upaya membangun profesionalisme olahraga nasional.
Keenam, struktur program dan isi,
yang berkenaan dengan program-program umum serta kegiatan keolahraga yang
dirumuskan dalam kalender olahraga nasional yang dapat meningkatkan mutu
pembinaan. Ketujuh, sumber-sumber belajar, seperti buku petunjuk, buku ajar,
rekaman film, dan lain-lain, termasuk di dalamnya informasi secara meluas
tentang pronsip pembinaan yang disajikan secara praktis.
Ketujuh, metodologi dan prosedur
kerja, yang mencakup pengembangan dan penerapan teknik serta metode pembinaan
dan pemanfaatan temuan-temuan baru guna memaksimumkan efisiensi dan efektivitas
pembinaan.
Kedelapan, evaluasi penelitian,
untuk mendukung pengendalian program agar mencapai tujuan yang diharapkan,
termasuk di dalamnya adalah pengendalian mutu, peningkatan efisiensi dan
efektivitas pembinaan.
Kesembilan, dana. Problem utama
yang membelit komponen ini berkisar pada sumber pendanaan yang masih minim
serta alokasi dan pemanfaatannya secara tepat dan optimal.
Haornas sebagai bagian sistem
pembinaan
Hari Olahraga Nasional (Haornas)
sesungguhnya dapat dimaknai sebagai peristiwa penting olahraga dalam rangka
membangkitkan motivasi bangsa untuk berolahraga. Penyelenggaraan haornas
sekaligus merupakan pernyataan kesungguhan sikap terhadap olahraga dan
manifestasi dari cetusan aspirasi masyarakat serta komitmen politik yang kuat
dari pemerintah bahwa olahraga merupakan bagian yang penting, baik dalam
konteks pembangunan dan dalam kehidupan sehari-hari.
Karena itu pula, peringatan
haornas bukan saja berisi pernyataan retorik tentang kebermaknaan olahraga bagi
bangsa Indonesia. Dalam konteks ini, Haornas harus didudukkan sebagai bagian
dari sistem pembinaan olahraga yang mampu menggerakkan partisipasi olahraga
dari seluruh lapisan masyarakat.
"Mungkin" SOLUSI !
Pertama, Mengembalikan fungsi Padepokan
Judo Indonesia (PJI) sebagai rumah bagi para Pejudo Indonesia. Dari Padepokan
ini, beragam persoalan olahraga judo di Tanah Air didiskusikan dan dicari
solusi terbaiknya. Dari gedung itu pula para atlet dilepas untuk berlaga
diberbagai event, membawa panji Indonesia, serta penghargaan bagi para atlet
berprestasi diberikan.
![]() |
Regenerasi JUDO TRISAKTI |
Kedua, membangun relasi yang
harmonis dengan orang tua atlet berprestasi serta lembaga-lembaga pendidikan
tempat para atlet tersebut menimba ilmu. Melaui sinergi tersebut, diharapkan
para atlet Judo Nasional tidak hanya berprestasi di arena olahraga namun juga
memiliki prestasi yang membanggakan di bidang akademis. Di sini, dukungan orang
tua memiliki arti yang besar bagi kemajuan olahraga atlet itu sendiri.
Dari pengalaman yang ada
menunjukkan jika upaya menjalin relasi yang harmonis itu tak luput dari
berbagai tantangan. Keragu-raguan orang tua bahwa profesi olahragawan dapat
menopang kehidupan anak-anak mereka, salah satunya. Persepsi ini bukan hal yang
sederhana untuk diluruskan. Belum lagi sikap beberapa sekolah yang masih
memandang dunia olahraga sebelah mata. Para atlet pun hanya diberi pilihan
antara olahraga atau sekolah.
Untuk menyiasati tantangan ini,
koordinasi dengan Diknas dan sekolah-sekolah harus dilakukan tanpa henti.
Hasilnya, di sebagian besar institusi pendidikan di Indonesia (contoh: DKI
Jakarta dan Jawa Timur) mulai terbangun kesadaran betapa pentingnya prestasi
olahraga itu. Terlebih, jika dikaitkan dengan UU Sistem Keolahragaan Nasional
yang memperkenalkan tiga jenis olahraga: olahraga pendidikan, olahraga
prestasi, dan olahraga rekreasi. Hasilnya, beberapa sekolah telah memberikan
bentuk perhatian yang istimewa kepada pengembangan olahraga, seperti program
pendidikan olahraga yang dikembangkan di Sekolah Ragunan Jakarta dan SMANOR
Jawa Timur.
Ketiga, upaya sistematis untuk
merubah persepsi pola instan dalam sistem pembinaan. Hal ini berkaitan dengan
persepsi yang dianut oleh beberapa kalangan olahraga yang berupaya menggapai
prestasi secara instan. Cara pandang yang demikian berakar dari pengalaman masa
lalu. Merubah pandangan ini merupakan sebuah perjuangan tersendiri. Di sinilah
letak peran teknologi. Karena itu, kerjasama dengan lembaga-lembaga
pengembangan IPTEK olahraga tidak dapat dikesampingkan.
Keempat, memberi akses yang lebih
besar bagi para atlet untuk mengembangkan prestasi. Dalam konteks ini, kendala
utama sebagian besar berwujud keterbatasan fasilitas olahraga dan pendanaan
berbagai event olahraga. Untuk menyiasati kondisi ini, dapat ditempuh dengan
menggandeng berbagai venues dan perguruan tinggi yang memiliki fasilitas
olahraga. Melalui kerjasama ini berlangsung optimalisasi pemanfaatan fasilitas
olahraga tersebut, sekaligus sebagai wahana untuk memperkenalkan venues dan
perguruan tinggi itu kepada masyarakat luas melalui aktivitas olahraga yang
diselenggarakan di sana.
Kelima, mengupayakan bantuan
beasiswa bagi para atlet yang tengah menimba ilmu di bangku sekolah. Dalam
kerangka tersebut, salah satu Klub Judo kecil di Jakarta yakni JUDO Trisakti menjalin
kerjasama dengan Universitas Trisakti untuk memberi peluang yang lebih besar
kepada para atlet berprestasi guna memperoleh akses pendidikan yang lebih baik
secara cuma-cuma. Dengan adanya beasiswa pendidikan tersebut, kesempatan para
atlet membangun masa depan mereka semakin terbuka lebar. Semuanya berpulang
kepada para atlet yang memperoleh beasiswa itu untuk memanfaatkan kesempatan
emas yang mereka peroleh dengan sebaik-baiknya.
Keenam, pemanfaatan teknologi
informasi sebagai media komunikasi bagi pengembangan dunia olahraga. Informasi
yang disajikan di dalam situs tersebut selalu di-up date agar dapat berperan
optimal sebagai jendela informasi dan forum komunikasi tentang perkembangan
olahraga Judo Nasional.
![]() |
Trisakti Open sebagai salah satu ajang pencarian bakat pejudo Indonesia |
Salam Olahraga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar