Sebagai
Klub Judo independen, dalam arti segala sesuatunya wajib dicari dan dikelola
sendiri. Perkumpulan Judo Trisakti lumayan dapat bertahan dari segala macam
gempuran, termasuk diantaranya kesulitan Finansial dan kevakuman organisasi.
Banyak perkumpulan Judo khususnya Unit Judo mahasiswa harus mengalami kepahitan
dan terpaksa vakum atau bahkan bubar karena tidak adanya program kerja yang
jelas ditambah dengan kesulitan pembiayaan sekalipun ada kegiatan yang mungkin akan diikuti.
Begitu
banyak permasalahan di klub-klub judo mahasiswa yang sepertinya tidak
terdeteksi dengan baik oleh pengprov PJSI. Ironis, kejuaraan Judo yang
dikhususkan buat mahasiswa hilang seperti ditelan jaman. Lebih ironis lagi,
ketika terselenggaranya kejurnas mahasiswa namun peserta bukanlah pejudo dari
kalangan mahasiswa.
Banyak
yang bertanya kepada saya, mengenai apa yang harus diperbuat, ketika kevakuman
mulai hinggap di klub mereka. Jujur, saya pun tidak bisa menjawab mengingat
saya pun pernah kehilangan Klub Judo SMAN 1 Jakarta yang didirikan dan dibina bersama-sama oleh Saya, Sdr. Satria Rahman Danu (PJSI Banten) dan Bpk. Rationo (saat ini menjabat sebagai Kadispora DKI Jakarta). Syukur, belajar dari pengalaman sebelumnya, hingga saat ini saya
masih bisa mempertahankan Judo Trisakti. Namun, hal tersebut tidak lepas juga
dari peranan Universitas Trisakti. Mungkin, saat ini "lebih tepatnya" saya hanya sebatas
sharing/berbagi pengalaman mengenai apa yang saya lakukan demi untuk
mempertahankan klub saya.
Di
kesempatan kali ini, saya juga ingin mencoba menjawab dan membahas pertanyaan mengenai
salah satu program yang saat ini saya kembangkan di Elite Judo Trisakti. JASPRO
alias Judo After School Program. Sebuah program, yang ditujukan kepada
pelajar-pelajar (termasuk diantaranya pengamen, ojek payung usia belasan dsb) yang berminat mempelajari olahraga Judo di Universitas
Trisakti. Program ini saya cetuskan pertama kali, ketika saya melihat begitu
banyak potensi yang bisa dikembangkan dari pelajar-pelajar yang tinggal di
sekitar Universitas Trisakti. Finansial dan kemiskinan yang hinggap di hampir
seluruh orangtua pelajar peminat Judo, merupakan salah satu pokok tujuan yang
ingin saya lawan ketika itu. Tidak heran, mengingat saat saya membulatkan tekad
untuk program tersebut. Saya menyumbangkan hampir lebih dari 50 pcs Judogi
(bekas pakai) untuk menghidupkan program ini. Perlahan namun pasti, beberapa
pelajar binaan JASPRO mulai menunjukan taring di berbagai event Judo tingkat
daerah, nasional bahkan internasional.
Trisakti Judo After School Meraih Pretasi |
Pada
awalnya memang sangat sulit menjalankan program ini. Betapa tidak, mengingat
saat awal-awal perkenalan program ini. Dojo Trisakti yang Cuma berukuran tidak
lebih dari 10x8 meter ini, disesaki hampir lebih dari 50 anak-anak usia belia
(TK hingga SMA). Luar biasa memang animo dari kalangan pelajar ini.
Permasalahannya, Dojo Trisakti yang memang dari awal diperuntukkan untuk
Kegiatan Extrakulikuler para mahasiswa, justru menjadi tidak kebagian tempat
untuk berlatih, sehingga terpaksa mengalah dan berlatih diluar Dojo (uchikomi
tanpa matras). Problem lainnya, program latihan dan materi latihan tidak
berjalan efektif karena tidak ada pemisahan program antara kelas pemula, junior
dan senior.
Atlet Trisakti raih medali Perunggu di Malaysia |
Barulah
dibeberapa tahun kedepan, anak-anak yang terkumpul dapat terseleksi dengan baik
melalui jenjang prestasi dan latihan yang memang saat itu, disengaja
dipersulit. Dari sekitar 50-60 anak anggota yang terdata, kini hanya tersisa
setengahnya. Kabar baiknya, mereka yang ada sekarang merupakan jebolan JASPRO
yang terbukti unggul dibidang prestasi. Diantaranya: Riska Arita Putri, Fiqih
Agnes Amalia (keduanya bahkan diterima disekolah olahraga ragunan Jakarta),
Suci Febriani Putri, Hanifah Khoirunisa, Endah Haryaty (penerima beasiswa masuk
Universitas Trisakti melalui jalur prestasi Judo), Bangkit Ausampta Harvin,
Donny Alarif Billah (putra salah satu petugas parkir di Universitas Trisakti)
dan banyak lagi pelajar yang lainnya.
Atlet Trisakti raih 2 Emas & 2 Perak di Singapore |
Entah
sudah berapa biaya yang saya keluarkan untuk program ini, mengingat program ini
memang tidak bisa disubsidi oleh Universitas Trisakti (karena anggota bukan
mahasiswa). Namun, kalau bisa saya katakan. Saya sangat puas dengan
keberhasilan program ini. Meski jauh dari sempurna, tapi program ini bisa berjalan
berkat jerih payah saya sendiri. Memang dalam prakteknya, program ini dapat
terbantu sedikit berkat kucuran dana pengganti transport pelatih Judo Trisakti.
Meski tidak terlalu besar dalam nilai, namun saya bersyukur dana tersebut tetap
bisa mempertahankan program ini. Artinya, 100% dana transport pelatih,
disubsidi ke dalam program ini.
JASPRO & JAWS diundang ke Osaka, Jepang |
Saat
ini, anggota Judo Trisakti dari kalangan pelajar sedikitnya ada sekitar 20
orang dari beragam nama sekolah yang ada di Jakarta. Uniknya, di Judo Trisakti
juga terdapat beberapa mahasiswa yang bukan mahasiswa Trisakti, seperti dari
Universitas Indonesia, Binus, BSI, Universitas Tarumanegara, bahkan dari
Universitas luar negeri sekalipun. Disamping JASPRO, tentu saya juga
menjalankan program lainnya yakni JAWS alias Judo After Work System (dengan
logo ikan Hiu tentunya). Sebuah konsep pelatihan Judo yang dikhususkan bagi
mereka yang tidak terlalu berminat ikut serta dalam kompetisi namun memiliki
minat yang besar untuk mempelajari Judo. Target dari program ini adalah para
pengusaha muda, mahasiswa non Trisakti ataupun dari kalangan lainnya. JAWS ini
sendiri lebih terfokus kepada pelatihan privat atau setidaknya, latihan
terpisah dari kelar reguler. Karenanya, saya mengorbankan hari Sabtu dan Minggu
pagi hanya untuk menghidupkan program ini. Khusus untuk program JAWS. Program
ini tidak free, alias berbayar untuk tiap bulannya. Khusus peminat program
Sabtu dan Minggu dana sebesar Rp. 350.000,- wajib dikeluarkan tiap bulannya.
Selain untuk biaya kebersihan, biaya ini diperuntukkan juga untuk menyokong
berbagai kebutuhan program JASPRO bagi mereka yang tidak mampu. Sedangkan untuk
besarnya biaya Private Class kalau kalian mau tahu. Besarnya biaya tentunya
disesuaikan dengan kebutuhan program dan jarak, minimal sekitar Rp. 1.500.000,-
kami ajukan untuk program ini. Besarnya dana tersebut, selain ditujukan untuk
Fee pelatih, dana ini juga sebagai dana penggantian transport pelatih dan
assistennya dengan kontrak 3 bulan pertama dibayar dimuka. Pelatihan secara
private bisa dilakukan di Universitas Trisakti (Jakarta Barat), Toray Judo Hall
(Tangerang) dan dirumah si peminat (tentunya dengan biaya extra).
Untuk
program kedepannya, tentunya dengan mempertimbangkan sisi finansial klub Judo
saya sendiri. Saya sedang berupaya (silakan ditiru) untuk melakukan pendekatan
di berbagai rumah yatim atau rumah yatim piatu yang tersebar di seluruh
Tangerang dan Jakarta (tentunya bagi pengurus Yayasan yang berminat dan
menyetujui). melalui konsep absurd saya yakni sambil menyelam minum air. Saya
memproyeksikan program ini selain dapat bermanfaat sebagai dasar keterampilan
anak-anak yang kurang beruntung sekaligus untuk mengisi dan mencari bibit-bibit
Juara judo itu sendiri. kelihatannya sih mudah, namun dalam prakteknya sangat
sulit mengingat program ini wajib ditunjang dengan kondisi finansial yang
sangat baik. Tentunya sebagai jalan keluar, peranan pihak ketiga seperti
sponsor kegiatan dapat membantu mencerahkan masalah ini.
Judogi Trisakti Made by Adidas |
Ada
kemauan ada jalan, prinsip ini benar-benar saya kelola dan saya kembangkan.
Siapa sangka, produsen Judogi besar sekaliber Adidas bahkan menyetujui proposal
saya untuk mendesign Judogi Trisakti yang saat ini dipergunakan oleh sebagaian
anggota Judo Trisakti. Padahal, awalnya saya cuma komplain karena Judogi Adidas
susutnya cukup banyak. Eh, mereka malah kasih prototype New Adidas yang dibalut
dengan design yang saya buat. Ibarat ketimpa bulan, lumayan dapat 10 pcs Judogi
Adidas dengan merek sendiri. Bahkan, ditambah jaminan, bila Judogi Trisakti
ketahuan susut maka akan diganti dengan yang baru. Mantab.
Jadi
kesimpulan tulisan saya, janganlah berhenti berusaha karena sesuatu hal yang
ternyata bisa kita kelola bahkan kita manfaatkan. Contohnya, hingga saat ini,
sudah tercatat lebih dari 10 peminat yang ikut dalam kelas private (padahal
bulanannya mahal), serta 25 orang yang ikut dalam kelas JAWS. Dari sinilah,
klub yang bernama Elite Judo Trisakti bisa menghidupi perkumpulannya. Bahkan,
bisa mengirim beberapa pejudonya ke luar negeri. Kalau Klub saya yang hanya
berukuran tidak lebih dari 10x8 meter saja bisa, bagaimana dengan klub anda.
Judo tidak melulu harus bantingan, cekikkan, patahan, kompetisi ataupun
randori. Ada banyak program yang bisa kalian kelola. coba dan kembangkan!!
Semoga Sukses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar