Senin, 07 Januari 2013

Bagaimana Menghidupi Klub Judo anda!


Sebagai Klub Judo independen, dalam arti segala sesuatunya wajib dicari dan dikelola sendiri. Perkumpulan Judo Trisakti lumayan dapat bertahan dari segala macam gempuran, termasuk diantaranya kesulitan Finansial dan kevakuman organisasi. Banyak perkumpulan Judo khususnya Unit Judo mahasiswa harus mengalami kepahitan dan terpaksa vakum atau bahkan bubar karena tidak adanya program kerja yang jelas ditambah dengan kesulitan pembiayaan sekalipun ada kegiatan yang mungkin akan diikuti.

Begitu banyak permasalahan di klub-klub judo mahasiswa yang sepertinya tidak terdeteksi dengan baik oleh pengprov PJSI. Ironis, kejuaraan Judo yang dikhususkan buat mahasiswa hilang seperti ditelan jaman. Lebih ironis lagi, ketika terselenggaranya kejurnas mahasiswa namun peserta bukanlah pejudo dari kalangan mahasiswa.

Banyak yang bertanya kepada saya, mengenai apa yang harus diperbuat, ketika kevakuman mulai hinggap di klub mereka. Jujur, saya pun tidak bisa menjawab mengingat saya pun pernah kehilangan Klub Judo SMAN 1 Jakarta yang didirikan dan dibina bersama-sama oleh Saya,  Sdr. Satria Rahman Danu (PJSI Banten) dan  Bpk. Rationo (saat ini menjabat sebagai Kadispora DKI Jakarta). Syukur, belajar dari pengalaman sebelumnya, hingga saat ini saya masih bisa mempertahankan Judo Trisakti. Namun, hal tersebut tidak lepas juga dari peranan Universitas Trisakti. Mungkin, saat ini "lebih tepatnya" saya hanya sebatas sharing/berbagi pengalaman mengenai apa yang saya lakukan demi untuk mempertahankan klub saya. 

Di kesempatan kali ini, saya juga ingin mencoba menjawab dan membahas pertanyaan mengenai salah satu program yang saat ini saya kembangkan di Elite Judo Trisakti. JASPRO alias Judo After School Program. Sebuah program, yang ditujukan kepada pelajar-pelajar (termasuk diantaranya pengamen, ojek payung usia belasan dsb) yang berminat mempelajari olahraga Judo di Universitas Trisakti. Program ini saya cetuskan pertama kali, ketika saya melihat begitu banyak potensi yang bisa dikembangkan dari pelajar-pelajar yang tinggal di sekitar Universitas Trisakti. Finansial dan kemiskinan yang hinggap di hampir seluruh orangtua pelajar peminat Judo, merupakan salah satu pokok tujuan yang ingin saya lawan ketika itu. Tidak heran, mengingat saat saya membulatkan tekad untuk program tersebut. Saya menyumbangkan hampir lebih dari 50 pcs Judogi (bekas pakai) untuk menghidupkan program ini. Perlahan namun pasti, beberapa pelajar binaan JASPRO mulai menunjukan taring di berbagai event Judo tingkat daerah, nasional bahkan internasional.

Trisakti Judo After School Meraih Pretasi
Pada awalnya memang sangat sulit menjalankan program ini. Betapa tidak, mengingat saat awal-awal perkenalan program ini. Dojo Trisakti yang Cuma berukuran tidak lebih dari 10x8 meter ini, disesaki hampir lebih dari 50 anak-anak usia belia (TK hingga SMA). Luar biasa memang animo dari kalangan pelajar ini. Permasalahannya, Dojo Trisakti yang memang dari awal diperuntukkan untuk Kegiatan Extrakulikuler para mahasiswa, justru menjadi tidak kebagian tempat untuk berlatih, sehingga terpaksa mengalah dan berlatih diluar Dojo (uchikomi tanpa matras). Problem lainnya, program latihan dan materi latihan tidak berjalan efektif karena tidak ada pemisahan program antara kelas pemula, junior dan senior.

Atlet Trisakti raih medali Perunggu di Malaysia
Barulah dibeberapa tahun kedepan, anak-anak yang terkumpul dapat terseleksi dengan baik melalui jenjang prestasi dan latihan yang memang saat itu, disengaja dipersulit. Dari sekitar 50-60 anak anggota yang terdata, kini hanya tersisa setengahnya. Kabar baiknya, mereka yang ada sekarang merupakan jebolan JASPRO yang terbukti unggul dibidang prestasi. Diantaranya: Riska Arita Putri, Fiqih Agnes Amalia (keduanya bahkan diterima disekolah olahraga ragunan Jakarta), Suci Febriani Putri, Hanifah Khoirunisa, Endah Haryaty (penerima beasiswa masuk Universitas Trisakti melalui jalur prestasi Judo), Bangkit Ausampta Harvin, Donny Alarif Billah (putra salah satu petugas parkir di Universitas Trisakti) dan banyak lagi pelajar yang lainnya.

Atlet Trisakti raih 2 Emas & 2 Perak di Singapore
Entah sudah berapa biaya yang saya keluarkan untuk program ini, mengingat program ini memang tidak bisa disubsidi oleh Universitas Trisakti (karena anggota bukan mahasiswa). Namun, kalau bisa saya katakan. Saya sangat puas dengan keberhasilan program ini. Meski jauh dari sempurna, tapi program ini bisa berjalan berkat jerih payah saya sendiri. Memang dalam prakteknya, program ini dapat terbantu sedikit berkat kucuran dana pengganti transport pelatih Judo Trisakti. Meski tidak terlalu besar dalam nilai, namun saya bersyukur dana tersebut tetap bisa mempertahankan program ini. Artinya, 100% dana transport pelatih, disubsidi ke dalam program ini.

JASPRO & JAWS diundang ke Osaka, Jepang
Saat ini, anggota Judo Trisakti dari kalangan pelajar sedikitnya ada sekitar 20 orang dari beragam nama sekolah yang ada di Jakarta. Uniknya, di Judo Trisakti juga terdapat beberapa mahasiswa yang bukan mahasiswa Trisakti, seperti dari Universitas Indonesia, Binus, BSI, Universitas Tarumanegara, bahkan dari Universitas luar negeri sekalipun. Disamping JASPRO, tentu saya juga menjalankan program lainnya yakni JAWS alias Judo After Work System (dengan logo ikan Hiu tentunya). Sebuah konsep pelatihan Judo yang dikhususkan bagi mereka yang tidak terlalu berminat ikut serta dalam kompetisi namun memiliki minat yang besar untuk mempelajari Judo. Target dari program ini adalah para pengusaha muda, mahasiswa non Trisakti ataupun dari kalangan lainnya. JAWS ini sendiri lebih terfokus kepada pelatihan privat atau setidaknya, latihan terpisah dari kelar reguler. Karenanya, saya mengorbankan hari Sabtu dan Minggu pagi hanya untuk menghidupkan program ini. Khusus untuk program JAWS. Program ini tidak free, alias berbayar untuk tiap bulannya. Khusus peminat program Sabtu dan Minggu dana sebesar Rp. 350.000,- wajib dikeluarkan tiap bulannya. Selain untuk biaya kebersihan, biaya ini diperuntukkan juga untuk menyokong berbagai kebutuhan program JASPRO bagi mereka yang tidak mampu. Sedangkan untuk besarnya biaya Private Class kalau kalian mau tahu. Besarnya biaya tentunya disesuaikan dengan kebutuhan program dan jarak, minimal sekitar Rp. 1.500.000,- kami ajukan untuk program ini. Besarnya dana tersebut, selain ditujukan untuk Fee pelatih, dana ini juga sebagai dana penggantian transport pelatih dan assistennya dengan kontrak 3 bulan pertama dibayar dimuka. Pelatihan secara private bisa dilakukan di Universitas Trisakti (Jakarta Barat), Toray Judo Hall (Tangerang) dan dirumah si peminat (tentunya dengan biaya extra).

Untuk program kedepannya, tentunya dengan mempertimbangkan sisi finansial klub Judo saya sendiri. Saya sedang berupaya (silakan ditiru) untuk melakukan pendekatan di berbagai rumah yatim atau rumah yatim piatu yang tersebar di seluruh Tangerang dan Jakarta (tentunya bagi pengurus Yayasan yang berminat dan menyetujui). melalui konsep absurd saya yakni sambil menyelam minum air. Saya memproyeksikan program ini selain dapat bermanfaat sebagai dasar keterampilan anak-anak yang kurang beruntung sekaligus untuk mengisi dan mencari bibit-bibit Juara judo itu sendiri. kelihatannya sih mudah, namun dalam prakteknya sangat sulit mengingat program ini wajib ditunjang dengan kondisi finansial yang sangat baik. Tentunya sebagai jalan keluar, peranan pihak ketiga seperti sponsor kegiatan dapat membantu mencerahkan masalah ini.

Judogi Trisakti Made by Adidas
Ada kemauan ada jalan, prinsip ini benar-benar saya kelola dan saya kembangkan. Siapa sangka, produsen Judogi besar sekaliber Adidas bahkan menyetujui proposal saya untuk mendesign Judogi Trisakti yang saat ini dipergunakan oleh sebagaian anggota Judo Trisakti. Padahal, awalnya saya cuma komplain karena Judogi Adidas susutnya cukup banyak. Eh, mereka malah kasih prototype New Adidas yang dibalut dengan design yang saya buat. Ibarat ketimpa bulan, lumayan dapat 10 pcs Judogi Adidas dengan merek sendiri. Bahkan, ditambah jaminan, bila Judogi Trisakti ketahuan susut maka akan diganti dengan yang baru. Mantab.

Jadi kesimpulan tulisan saya, janganlah berhenti berusaha karena sesuatu hal yang ternyata bisa kita kelola bahkan kita manfaatkan. Contohnya, hingga saat ini, sudah tercatat lebih dari 10 peminat yang ikut dalam kelas private (padahal bulanannya mahal), serta 25 orang yang ikut dalam kelas JAWS. Dari sinilah, klub yang bernama Elite Judo Trisakti bisa menghidupi perkumpulannya. Bahkan, bisa mengirim beberapa pejudonya ke luar negeri. Kalau Klub saya yang hanya berukuran tidak lebih dari 10x8 meter saja bisa, bagaimana dengan klub anda. Judo tidak melulu harus bantingan, cekikkan, patahan, kompetisi ataupun randori. Ada banyak program yang bisa kalian kelola. coba dan kembangkan!! Semoga Sukses.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar