Jumat, 28 November 2014

JUDO : Program Pelatihan & Sponsorship


Islamic Village Judo Club - Sang Penerus
Selama anda mempelajari atau bahkan memberikan materi pelatihan Judo di perkumpulan anda, pernahkah anda menemukan titik jenuh dari atlit binaan anda. Dengan rutinitas monoton dan tidak adanya program secara berkala, menyebabkan atlit anda merasa jenuh dan kemudian berhenti satu persatu !. Inilah salah satu penyebab mengapa klub anda “mungkin” tidak bisa berkembang lebih jauh atau bahkan mempertahankan atlit anda untuk betah berlatih rutin di klub anda. 


Pembukaan sesi latihan dengan doa, dilanjutkan dengan pemanasan ala Judo dan diteruskan dengan uchikomi dan diakhiri dengan randori. Sangat familiar bukan?. Karena, itulah rutinitas hampir di semua klub Judo yang ada di Tanah Air. Perlu digaris bawahi, saya tidak membicarakan pola latihan pemusatan latihan (Pelatda/Pelatnas), tapi hanya sebatas pola latihan di Klub-Klub kecil yang pada kenyataannya banyak yang gagal mempertahankan atlitnya untuk tetap setia berlatih karena jenuh.


Mengapa demikian ?.


Baiklah, tanpa bermaksud mengajari atau bahkan mengurui, perkenankan saya menuliskan beberapa faktor dan solusi mengenai hal ini. Tentunya, ini adalah murni hasil pengamatan saya di beberapa klub di Indonesia dan di luar Indonesia. Jadi bila tidak cocok, anda lewatkan saja. Pada dasarnya saya hanya mau membantu memberikan beberapa solusi bagi klub-klub yang benar-benar membutuhkan saja.


PENGAMATAN PERTAMA


Oke, bila anda seorang praktisi atau bahkan seorang pelatih Judo di wilayah anda !. berapa banyak teknik Go Kyo kah yang anda hapal...zleb..apa itu Go Kyo ?. pertanyaan mulai mengemuka. Go Kyo adalah rangkaian teknik Judo yang terdiri atas 5 Tingkatan Go Kyo. Di Klub saya (Trisakti & Arena MMA Indonesia) Minimal anggota didik saya wajib mengetahui 2 Tingkatan Go Kyo. Lebih mudahnya kita sebut saja Go Kyo 1 dan Go Kyo 2 yang terdiri atas 16 (enam belas teknik) teknik dasar Judo. Bayangkan, bila kita hapal Go Kyo 1 dan 2 saja, kita sudah memiliki 16 teknik Judo yang bisa kita gilir materinya di tiap sesi latihan. Mulai dari De Ashi Barai hingga Uchimata, belum termasuk kombinasi, counteran, Osaekomi Waza dari masing masing teknik !.


Saya ambil contoh untuk program Judo saya di Arena MMA Indonesia. Mengapa ?. karena di perkumpulan ini anggota saya tidak terfokus untuk mencari prestasi, namun hanya sebatas hobi. Tidak mungkin saya sama ratakan pola pelatihannya dengan klub judo saya yang lainnya seperti Judo Trisakti yang memang terfokus untuk pembinaan prestasi.


Kelas Judo di Arena MMA Indonesia terdiri atas beberapa Sesi dimana per tiap sesi dibagi menjadi 1 jam/sesi (sudah termasuk pemanasan), biasanya saya mengajar maksimal 3 sesi (3 jam), jadi seperti ini gambarannya:


SESI 1

#1 Jam



Pemanasan (15 Menit)

#pemasanan ini sudah termasuk senam judo seperti Roll, Back Roll, dsb

#Ukemi yang meliputi (belakang, depan, samping kanan/kiri dan zempo kaiten).



Rangkaian Uchikomi ditempat (20 – 30 Menit) (set Pertama)

#untuk uchikomi kita ambil contoh O Ghoshi (yang paling mudah bagi pemula)


# ditempat (20 kanan / 20 Kiri dengan Total 40x) 


#Uchikomi berjalan masing masing 2 set (Depan, belakang samping) dengan tetap teknik yang sama yakni O Ghoshi


Rangkaian Uchikomi ditempat (20 – 30 Menit) (Set Kedua)

#untuk uchikomi teknik kedua kita ambil contoh Seoinage atau Tai Otoshi (tetap yang paling mudah dimengerti bagi pemula)


# ditempat (20 kanan / 20 Kiri dengan Total 40x) 


#Uchikomi berjalan masing masing 2 set (Depan, belakang samping) dengan tetap teknik yang sama yakni O Ghoshi



Istirahat sekitar 3 – 5 menit



NEWAZA

#Hingga sesi berakhir



Yoko Shiho Gatame
Banyak perkumpulan yang melewatkan sesi newaza karena terfokus kepada randori. Entah, karena instruktor/pelatihnya lupa atau memang hanya memiliki kosakata teknik yang sangat sedikit. Tapi saran saya Newaza sebisa mungkin tidak dilewatkan. Dalam sesi Newaza ini, kita bisa membuat permainan seperti dibawah ini :



Satu posisi mengunci (Tori) dan 1 posisi terkunci (Uke), #untuk teknik kita gilir saja Kesa gatame dan Yoko Shio Gatame (jadi 2 teknik itu saja yang diperkenankan untuk sesi tersebut). Dimana, dengan hitungan 30 - 25 detik (sesuai waktu Osaekomi) yang terkunci harus bisa melepaskan teknik kuncian Tori. Bila kuncian tidak lepas, Uke wajib Push Up dengan jumlah yang telah dijanjikan di awal sesi Newaza.  Sesi Newaza menggunakan sistem ketemu semua.



SESI 2

#1 Jam



Setelah anggota istirahat dari sesi pertama. Kita mencoba pelan-pelan memberikan arahan mengenai tata cara mengunci yang benar dan tidak melupakan cara melepaskan kunciannya. Cara melepaskan Kesa Gatame dan Cara melepas kuncian Yoko Shiho Gatame bisa melalui rangkaian Uchikomi Newaza sebanyak 2 set. Ada baiknya rangkaian teknik dilakukan kanan dan kiri.



Istirahat 3 – 5 Menit



Rangkaian Uchikomi ditempat (20 – 30 Menit)

#untuk uchikomi lanjutan kita ambil contoh Hiza Guruma (sapuan yang paling mudah bagi pemula)


# ditempat (20 kanan / 20 Kiri dengan Total 40x)

#Uchikomi berjalan masing masing 2 set (Depan, belakang samping) dengan tetap teknik yang sama yakni Hiza Guruma


Rangkaian Uchikomi ditempat (20 – 30 Menit) (Set Kedua)


#untuk uchikomi teknik kedua kita ambil contoh teknik kombinasi  O Uchi Gari/Ko Soto Gari to Seoinage atau Tai Otoshi (tetap yang paling mudah dimengerti bagi pemula)


# ditempat (20 kanan / 20 Kiri dengan Total 40x)

#Uchikomi berjalan masing masing 2 set (Depan, belakang samping) dengan tetap teknik yang sama yakni teknik kombinasi



Istirahat sekitar 3 – 5 menit



RANDORI


Di sesi Randori pun kita masih bisa membuat pola permainan. Diantaranya:

# 1 menyerang dan 1 bertahan dengan waktu yang disesuaikan dengan kemampuan anak didik.


# Dalam randori hanya boleh menggunakan teknik kaki atau Tangan (bisa bergantian)


# dalam randori hanya boleh melakukan teknik tertentu. Diharapkan pejudo yang hanya bisa Seoinage bisa mengembangkan teknik lainnya.

# Randori Group : 1 master bertahan hingga digantikan oleh pejudo yang berhasil menjatuhkan Ippon.


# Randori Team : bila yang latihan banyak, dibagi dalam 2 regu dan diadu. Yang kalah dikenakan sanksi yang telah ditetapkan.



SESI 3

#1 Jam



Sesi ketiga ini akan terfokus dengan newaza dan randori. Bisa diadakan untuk kebutuhan tertentu semisal persiapan kompetisi. Rangkaian program bisa di mix dari Sesi pertama dan Kedua. Namun harap diingat, porsi teknik, newaza dan randori harus seimbang.



Partisipasi Indonesia di tingkat Regional
Itulah beberapa ide dan solusi bagi klub-klub kecil yang bingung akan program, dimana di hari-hari berikutnya anda bisa memilih teknik baru, pola baru dan suasana latihan yang tidak monoton. Dan tentunya anda tetap bisa memberikan materi circuit training untuk kebutuhan tertentu, mungkin seminggu sekali dan tidak terlalu dipaksakan.



Pertanyaannya? Apa yang harus kita lakukan bila rangkaian teknik latihan telah selesai semua dilaksanakan, contohnya masih ada tersisa 15 – 20 menit kosong sebelum jam latihan benar-benar habis?.  Kalau menurut saya, disitulah letak moment yang tepat untuk berinteraksi dengan anggota anda, telusuri segala sesuatu tentang atlet anda. Seperti layaknya sesi tanya jawab namun dengan suasana yang lebih nyaman, tanpa keringat dan nafas yang engap-engapan. Perkumpulan anda adalah Keluarga kedua anda. Berikan tantangan baru atau minimal suntikan sesuatu hal yang baru. Yang patut digaris bawahi, terkadang murid kita justru memiliki ide dan inovasi yang luput dari kita, manfaatkan dan jadikan mereka sangat berharga dbagi perkumpulan.



PENGAMATAN KEDUA
SPONSORSHIP ?.



PGN sebagai Mitra Sponsor JUDO TRISAKTI
Tidak jarang sebuah klub kecil terbentur oleh masalah finansial. Selain hanya terpaku oleh kucuran dana dari sumber tertentu, klub juga terbentur karena tidak memiliki manajemen keuangan atau minimal bendahara yang benar-benar mengerti perputaran arus kas.



Contoh pengalaman saya sebagai pembina dan pengelola Klub Judo Trisakti yang dikenal sebagai dojo permanen terkecil di Indonesia saat itu apalagi terhitung baru (berdiri tahun 2005). Biasanya Sponsorship tidak begitu perduli dengan jenis perkumpulan anda, selama perkumpulan anda bisa membawa image mereka ke tingkat yang lebih baik. Biasanya mereka tidak segan memberikan kucuran dana. Tidak perlu berada di Jakarta, dipelosok pun mereka berminat. Mungkin ini sedikit masukan yang bisa saya berikan:



  1. Buatlah proposal tanpa banyak tulisan didalamnya. Masukan sebanyak mungkin mengenai informasi Acara, Dojo, Kepengurusan dan SDM dari Dojo anda.
  2. Pastikan proposal anda sesuai dengan misi dan visi sponsorship anda.
  3. Tentukan target sponsorship anda. Bila anda berada di daerah, jangan pernah memberikan proposal anda ke kantor pusat (Jakarta). Sampaikan saja melalui kantor perwakilan di mana Dojo anda berdiri. Karena biasanya perusahan cabang memiliki kebijakan tersendiri. 
  4. Jualah secara cerdas dojo dan atlet anda agar tampak menarik di mata sponsor. Atau bila anda berkenan membuat acara. Buatlah acara itu semenarik mungkin. Karena sponsor hanya melihat sejauh mana Acara anda dapat mengkatrol produk mereka dan bukan kebalikannya.
  5. Sponsor memiliki kebijakan tersendiri, ada kalanya mereka memberikan bantuan dana segar atau bahkan hanya sebatas bantuan produk (seperti minuman dan Makanan), menurut hemat saya, AMBIL saja karena itu adalah bentuk kepercayaan awal mereka terhadap anda.
  6. Terdapat lebih dari ribuan alamat perusahaan di dunia maya, pastikan anda searching untuk sponsor yang kira-kira sesuai dengan Klub atau acara anda.


Jadi untuk sementara, sebatas ini dulu pengelaman yang bisa saya sampaikan, bila ada waktu. Insya Allah akan saya sambung lagi.

FYI. bila anda tidak mengetahui teknik yang saya sampaikan diatas,Tidak ada salahnya untuk mereview di YOUTUBE.

Minggu, 26 Oktober 2014

JUDO : Sebuah Opini yang Mungkin Membangun


Opini Pribadi !!.
Note. Yang namanya OPINI Pribadi mungkin bisa salah atau ada benarnya. Kalau banyak salahnya, Saya mohon Maaf !.

Dari tahun ke tahun, prestasi olahraga Judo Indonesia terus menurun. Terakhir, kontingen Judo Merah Putih harus pulang dengan beragam versi cerita kontroversial di Sea Games bahkan tanpa segenggam pun medali yang diperoleh dari ajang Asian Games, cabang olahraga Judo yang dahulunya adalah lumbung padi perolehan medali negeri ini. Apa yang salah dengan dunia keolahragaan Indonesia kontemporer?

Judo Trisakti : Memulai dari NOL
Di antara berbagai persoalan yang membelit perkembangan olahraga Indonesia akhir-akhir ini, ada beberapa persoalan utama yang perlu menjadi catatan tersendiri. Di antaranya adalah sistem pembinaan olahraga yang dikembangkan selama ini, yang ternyata berkontribusi secara signifikan terhadap terpuruknya prestasi Indonesia. Banyak kalangan yang menilai kegagalan ini diperparah oleh kurang seriusnya pembinaan olahraga itu sendiri. Kita sudah jauh tertinggal di segala lini. Terutama soal pemanfaatan IPTEK olahraga. Pola pengembangan olahraga nasional masih bersifat tradisional, tak lebih dari rutinitas sebagai bagian ritual yang berorientasi pada pencapaian prestasi secara instan berdasarkan pengalaman masa lalu yang miskin inovasi.

Berpijak dari fakta tersebut, upaya untuk mengembalikan kejayaan olahraga nasional, tidak bisa tidak, harus dimulai melalui reformasi bangunan sistem keolahragaan Tanah Air, dengan penekanan utama pada pergeseran paradigma pembinaan olahraga yang tidak sekadar berorientasi pada pencapaian medali. Medali harus dianggap sebagai konsekuensi logis pembinaan olahraga yang tertata dan terintegrasi dalam sistem yang mapan.
Komponen utama sistem pembinaan

Dalam membangun sistem pembinaan olahraga tersebut, ada beberapa komponen utama yang perlu diperhatikan. Komponen-komponen utama tersebut terdiri atas: pertama, fungsi, yang mengarahkan dan menjadi penarik. Kedua, manajemen, untuk merencanakan, mengendalikan, menggerakkan, dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan sehingga tertuju pada tujuan guna meningkatkan efisiensi teknis dan ekonomis.

Ketiga, faktor ketenagaan, di mana saat ini isu nasional dalam pembinaan olahraga masih berkutat pada kelangkaan tenaga-tenaga profesional yang dipersiapkan secara khusus untuk membina olahraga melalui program pendidikan atau pelatihan.

Team Instruktor Judo Arena
Keempat, tenaga pembina. Beberapa permasalahan utama yang terkait dengan komponen ini berhubungan dengan belum adanya standar persyaratan tenaga profesional pembina olahraga yang dibangun secara sistemik. Pengakuan formal dari pemerintah terhadap jabatan ini masih minim, termasuk di dalamnya pengakuan terhadap status dan kompetensi mereka yang berimplikasi pada sistem penghargaan dan jaminan sosial yang mereka terima.

Kelima, atlet atau olahragawan. Tak jauh berbeda dengan komponen tenaga pembina, faktor-faktor klasik seperti penghargaan serta jaminan sosial yang mereka terima menjadi permasalahan serius yang ikut menentukan kegairahan pencapaian prestasi yang secara keseluruhan ikut menentukan upaya membangun profesionalisme olahraga nasional.

Keenam, struktur program dan isi, yang berkenaan dengan program-program umum serta kegiatan keolahraga yang dirumuskan dalam kalender olahraga nasional yang dapat meningkatkan mutu pembinaan. Ketujuh, sumber-sumber belajar, seperti buku petunjuk, buku ajar, rekaman film, dan lain-lain, termasuk di dalamnya informasi secara meluas tentang pronsip pembinaan yang disajikan secara praktis.

Ketujuh, metodologi dan prosedur kerja, yang mencakup pengembangan dan penerapan teknik serta metode pembinaan dan pemanfaatan temuan-temuan baru guna memaksimumkan efisiensi dan efektivitas pembinaan.

Kedelapan, evaluasi penelitian, untuk mendukung pengendalian program agar mencapai tujuan yang diharapkan, termasuk di dalamnya adalah pengendalian mutu, peningkatan efisiensi dan efektivitas pembinaan.

Kesembilan, dana. Problem utama yang membelit komponen ini berkisar pada sumber pendanaan yang masih minim serta alokasi dan pemanfaatannya secara tepat dan optimal.

Haornas sebagai bagian sistem pembinaan


Hari Olahraga Nasional (Haornas) sesungguhnya dapat dimaknai sebagai peristiwa penting olahraga dalam rangka membangkitkan motivasi bangsa untuk berolahraga. Penyelenggaraan haornas sekaligus merupakan pernyataan kesungguhan sikap terhadap olahraga dan manifestasi dari cetusan aspirasi masyarakat serta komitmen politik yang kuat dari pemerintah bahwa olahraga merupakan bagian yang penting, baik dalam konteks pembangunan dan dalam kehidupan sehari-hari.

Karena itu pula, peringatan haornas bukan saja berisi pernyataan retorik tentang kebermaknaan olahraga bagi bangsa Indonesia. Dalam konteks ini, Haornas harus didudukkan sebagai bagian dari sistem pembinaan olahraga yang mampu menggerakkan partisipasi olahraga dari seluruh lapisan masyarakat.


"Mungkin" SOLUSI !

Pertama, Mengembalikan fungsi Padepokan Judo Indonesia (PJI) sebagai rumah bagi para Pejudo Indonesia. Dari Padepokan ini, beragam persoalan olahraga judo di Tanah Air didiskusikan dan dicari solusi terbaiknya. Dari gedung itu pula para atlet dilepas untuk berlaga diberbagai event, membawa panji Indonesia, serta penghargaan bagi para atlet berprestasi diberikan.

Regenerasi JUDO TRISAKTI
Kedua, membangun relasi yang harmonis dengan orang tua atlet berprestasi serta lembaga-lembaga pendidikan tempat para atlet tersebut menimba ilmu. Melaui sinergi tersebut, diharapkan para atlet Judo Nasional tidak hanya berprestasi di arena olahraga namun juga memiliki prestasi yang membanggakan di bidang akademis. Di sini, dukungan orang tua memiliki arti yang besar bagi kemajuan olahraga atlet itu sendiri.

Dari pengalaman yang ada menunjukkan jika upaya menjalin relasi yang harmonis itu tak luput dari berbagai tantangan. Keragu-raguan orang tua bahwa profesi olahragawan dapat menopang kehidupan anak-anak mereka, salah satunya. Persepsi ini bukan hal yang sederhana untuk diluruskan. Belum lagi sikap beberapa sekolah yang masih memandang dunia olahraga sebelah mata. Para atlet pun hanya diberi pilihan antara olahraga atau sekolah.
Untuk menyiasati tantangan ini, koordinasi dengan Diknas dan sekolah-sekolah harus dilakukan tanpa henti. Hasilnya, di sebagian besar institusi pendidikan di Indonesia (contoh: DKI Jakarta dan Jawa Timur) mulai terbangun kesadaran betapa pentingnya prestasi olahraga itu. Terlebih, jika dikaitkan dengan UU Sistem Keolahragaan Nasional yang memperkenalkan tiga jenis olahraga: olahraga pendidikan, olahraga prestasi, dan olahraga rekreasi. Hasilnya, beberapa sekolah telah memberikan bentuk perhatian yang istimewa kepada pengembangan olahraga, seperti program pendidikan olahraga yang dikembangkan di Sekolah Ragunan Jakarta dan SMANOR Jawa Timur.

Ketiga, upaya sistematis untuk merubah persepsi pola instan dalam sistem pembinaan. Hal ini berkaitan dengan persepsi yang dianut oleh beberapa kalangan olahraga yang berupaya menggapai prestasi secara instan. Cara pandang yang demikian berakar dari pengalaman masa lalu. Merubah pandangan ini merupakan sebuah perjuangan tersendiri. Di sinilah letak peran teknologi. Karena itu, kerjasama dengan lembaga-lembaga pengembangan IPTEK olahraga tidak dapat dikesampingkan.

Keempat, memberi akses yang lebih besar bagi para atlet untuk mengembangkan prestasi. Dalam konteks ini, kendala utama sebagian besar berwujud keterbatasan fasilitas olahraga dan pendanaan berbagai event olahraga. Untuk menyiasati kondisi ini, dapat ditempuh dengan menggandeng berbagai venues dan perguruan tinggi yang memiliki fasilitas olahraga. Melalui kerjasama ini berlangsung optimalisasi pemanfaatan fasilitas olahraga tersebut, sekaligus sebagai wahana untuk memperkenalkan venues dan perguruan tinggi itu kepada masyarakat luas melalui aktivitas olahraga yang diselenggarakan di sana.

Kelima, mengupayakan bantuan beasiswa bagi para atlet yang tengah menimba ilmu di bangku sekolah. Dalam kerangka tersebut, salah satu Klub Judo kecil di Jakarta yakni JUDO Trisakti menjalin kerjasama dengan Universitas Trisakti untuk memberi peluang yang lebih besar kepada para atlet berprestasi guna memperoleh akses pendidikan yang lebih baik secara cuma-cuma. Dengan adanya beasiswa pendidikan tersebut, kesempatan para atlet membangun masa depan mereka semakin terbuka lebar. Semuanya berpulang kepada para atlet yang memperoleh beasiswa itu untuk memanfaatkan kesempatan emas yang mereka peroleh dengan sebaik-baiknya.

Keenam, pemanfaatan teknologi informasi sebagai media komunikasi bagi pengembangan dunia olahraga. Informasi yang disajikan di dalam situs tersebut selalu di-up date agar dapat berperan optimal sebagai jendela informasi dan forum komunikasi tentang perkembangan olahraga Judo Nasional.

Trisakti Open sebagai salah satu ajang pencarian bakat pejudo Indonesia
Inovasi yang dilakukan oleh Judo Trisakti Jakarta hanyalah salah satu bentuk upaya pembinaan atlet dari sudut pandang terkecil (memang Dojonya juga Kecil). Di luar program tersebut, sesungguhnya masih terbuka peluang yang besar bagi inovasi-inovasi lainnya dengan pola-pola yang beragam. Namun, satu hal yang patut dipahami adalah bahwa upaya pembinaan atlet adalah sebuah program yang paling mendasar dalam pengembangan olahraga. Dan, program ini menuntut konsistensi sera pelibatan semua pihak, baik pemerintah, swasta, masyarakat awam dan pelaku olahraga itu sendiri. Hanya dengan kerjasama yang sinergi dari kesemua unsur tersebut, kejayaan olahraga tanah air dapat kita rebut kembali.

Salam Olahraga!

Minggu, 10 Februari 2013

WALIKOTA CUP MEDAN : Kisah dibalik Kegiatan

Banyak yang bertanya kepada saya, apakah alasan utama saya membantu Sdri. Ruri Prihatini Lubis dalam kaitannya dia dalam wewujudkan kompetisi Judo Piala Walikota (Walikota Cup). Di Kota Medan,  bulan Juni mendatang. Sebenarnya ada sih beberapa penjelasannya. Salah satunya mungkin sebagai berikut: 

PEMIKIRAN PERTAMA:

Bila kita melihat jauh kebelakang, Ruri Prihatini Lubis merupakan salah satu sosok pejudo berprestasi yang pada masa jayanya berjuang untuk mengibarkan Merah Putih melalui olahraga Judo. Bagi  saya yang sering menonton kejuaraan Judo, bahkan berpapasan dengan dia ketika saya baru saja mempelajari dasar-dasar Judo dan berkesempatan ikut dalam kompetisi di Padepokan Judo Indonesia (PJI), sebuah tempat yang dahulu sangat sakral bagi seorang pejudo pemula sekalipun. Ruri dan kawan-kawannya merupakan sosok pahlawan bagi pejudo usia muda. Entah, berapa lama Ia dan kawan-kawan seperjuangannya berlatih, berlatih dan terus berlatih hanya demi satu tujuan. Mengibarkan Sang Merah Putih ke puncak prestasi tertinggi.

Ruri Prihatini Lubis & Bpk. Bayu Fadhlan
Awal perkenalan saya secara resmi, bila tidak salah mengingat mungkin pada saat penyelenggaraan Kompetisi Judo Ganesa Cup di Kota Tangerang  (tahun 2009). Dimana, ia turut menurunkan pejudo binaannya di kegiatan tersebut.  Sebuah awal yang mungkin sangat kebetulan kalau menurut pemikiran saya. Barulah, semenjak kegiatan tersebut usai dilaksanakan, Ruri meminta bantuan saya dalam membuat kompetisi Judo di Kota Medan. Sebuah kompetisi resmi di Kota Medan yang akhirnya terselenggara kembali sejak beberapa tahun hilang dari program kegiatan resmi Pengprov PJSI Sumatera Utara.

Gayung pun bersambut, karena pada saat itu saya memang tidak memiliki jadwal penting yang harus dijalankan. Dengan komposisi 3 orang yaitu Saya, Bpk. Aji Kusmantri dan Endah Haryati (atlet Trisakti sekarang Ketua UKM Judo), kami pun bertolak ke Kota Medan. Sedikit kaget juga, ketika saya melihat kondisi yang ada. Selain kurangnya peserta, Ruri pun terlihat bekerja sendirian. Tapi alhamdulilah, berkat tekadnya (yang tidak pernah surut) ternyata Kegiatan dapat terselenggara dengan lancar tanpa kendala. Inilah pertama kali saya melihat seorang mantan juara Sea Games berjibaku seorang diri untuk tetap loyal terhadap perkembangan Judo. Suatu kondisi yang mungkin sudah sangat langka di Negeri ini. Tanpa pamrih dan semua dikerjakan dengan konsep nothing to lose. Sebuah ideologi yang juga saya anut dalam mengerjakan dan mengembangkan olahraga Judo.

PEMIKIRAN KEDUA:

Menunggu Gebrakan Mereka
Melihat jadwal kompetisi Judo di negeri ini, tampaknya masih sangat jauh bagi kita untuk mengikuti pola kompetisi Judo di luar negeri apalagi prestasi. Dimana, masih terdapat perubahan ataupun pembatalan kegiatan dari beberapa kegiatan yang sudah direncanakan. Saat ini, pengprov PJSI hanya berpedoman kepada kabar yang belum tentu akurat. Contohnya, kapankah kompetisi Judo Kartika Cup, Kapolri Cup atau bahkan seleksi nasional bergulir. Bandingkan dengan beberapa negara yang “Judo”nya sudah menjadi legenda. Sebut saja Jepang, Eropa, atau bahkan Singapura untuk contoh kongkret. Dimana, mereka telah mengagendakan Jadwal Kompetisi 1 tahun sebelumnya dan ajaibnya lagi selalu terselenggara tepat waktu (terkecuali ada kejadian darurat). Inilah sebenarnya konsep yang sedang saya coba terapkan untuk Trisakti open dan Ganesa Cup. Namun, kembali seperti tulisan saya diatas. tanpa adanya harmonisasi di tingkat PB. Kedua event saya pun terkena imbas secara tidak langsung. Dimana jadwal yang telah saya tetapkan jauh hari sebelumnya kembali mentah. Tidak ada seorangpun yang akan berani mengadakan kegiatan Judo berdekatan dengan Kejurnas (contoh waktu kejurnas Judo Mahasiswa). Pasalnya, semua Pengprov dan atlet Klub akan terfokus dan terkonsentrasi ke Kejurnas untuk mencari poin. Tidak akan ada yang berani mengirim atlet di kegiatan yang sangat berdekatan. Selain mencegah cidera, faktor finansial pengprov/klub sangat berperan juga disini. Itulah mengapa, saya menjadi ragu untuk menjalankan Trisakti Open dan Ganesa Cup. Sponsorship yang sudah terbina pun mundur perlahan. (karena keberadaan sponsor berarti Jumlah peserta harus signifikan dan kompetisi menjual produk mereka) Oleh karenanya, demi untuk mengatasi kekosongan jadwal inilah, saya pada akhirnya 100% mendukung Piala Walikota di Medan agar otak saya tetap kondusif dalam berpikir dan menghasilkan karya lainnya. Karena bila tidak, saya hanya menjadi sosok yang cuma mengikuti dalam arti tidak akan berkembang).

PEMIKIRAN KETIGA

Sudah saatnya bagi seluruh pejudo senior di Indonesia untuk mengambil alih pembinaan dan pemassalan kegiatan Judo di Tanah Air. Selain Ruri Prihatini Lubis saya pun sudah mencatat Suwarno Awaludin (keduanya bahkan kompak membuat Piala Walikota). Saya selalu terpacu untuk membantu kinerja mereka, meski tidak secara langsung namun saya sangat senang bisa turut berperan di kesuksesan mereka berdua. Saya juga sudah mendengar kabar bahwa seorang Krisna Bayu pun akhirnya terpanggil dan berinisiatif untuk memulai roda kompetisi ciptaannya. Sebuah pemikiran yang mungkin kedepannya bisa menjadi harapan baru bagi sosialisasi Judo di Indonesia. Siapakah selanjutnya, kota manakah berikutnya ! sebuah pertanyaan yang semakin mengaduk jiwa dan loyalitas seorang pejudo saat ini. Jangan lupakan juga, bahkan seorang calon bintang besar Indonesia pernah dididik menjadi seorang Pejudo. Johannes Taslim!!!. Siapa yang tidak mengenal seorang sosok yang selalu rendah hati, dan selalu santun kepada senior. Mungkin banyak yang lupa, tapi saya tidak.  Mentalitas seorang Johanes Taslim mungkin terdidik berkat pembinaan dan pelatihan di Olahraga Judo. Jadi, mengapa kita tidak teruskan. Masih banyak potensi pejudo junior yang bisa kita didik menjadi seperti Johanes Taslim berikutnya. Inilah alasan terakhir saya untuk mendukung Piala Walikota. Sudah menjadi kewajiban kita sebagai seorang Pejudo yang cinta Tanah Airnya untuk membentuk seorang Juara dari awal.  Karena bila bukan kita, SIAPA LAGI !!!!