Senin, 03 Oktober 2011

Toray Judo Club : FIGHT BACK

Kenangan saya saat aktif di Toray Judo Club
Sebenarnya saya tidak banyak memiliki waktu luang !. terlebih untuk sekedar menulis apa yang sedang saya pikirkan dalam sebuah halaman Blog. Namun, dengan banyaknya persoalan yang menghantam naluri saya, sepertinya menulis apa adanya merupakan langkah terbaik untuk meluapkan apa yang ada di otak saya saat ini.

Terus terang saat ini saya sedang memikirkan perkumpulan yang telah membesarkan saya di lingkungan olahraga Judo. Toray Judo Club sebagai salah satu klub terbesar di Indonesia saat ini sedang mengalami kemunduran. Bukan karena minimnya SDM namun lebih diakibatkan kepada faktor Human Error. Keserakahan, keegoisan di mix menjadi satu untuk menengelamkan eksistensi perkumpulan ini. Siapa yang salah !, well..itulah pertanyaanya. Sebab saya tidak ingin menuduh salah satu pihak dalam situasi ini. Terlalu banyak pihak yang cepat mendidih otaknya meski saya tidak pernah sekalipun mencantumkan nama seseorang ! (ngerasa sebagai tersangka kali ya wkwkwk !!!)

Sebenarnya saya memiliki alternative jalan keluar untuk permasalahan yang hinggap saat ini. Namun ide tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit, terlebih bagi perkumpulan yang ‘tidak jelas’ siapa pengurus utamanya (terakhir saya menjabat sebagai Sekretarisnya).  Alhamdullilah juga ketika mendapat kabar bahwa ‘ownernya’ yakni TORAY Group berencana merenovasi total Dojo ini. Setidaknya, itu bisa menjadi modal Toray Judo Club buat kembali eksis di pentas olahraga Judo Nasional.

Lain Toray Judo Club lain pula dengan Elite Judo Trisakti. Meski keduanya perkumpulan saya, namun entah mengapa, selalu ada perbedaan yang signifikan diantara keduanya. Toray Judo Club boleh dibilang Si kaya dan Trisakti si Miskin. Kenapa?. Kalau dilihat perbedaan luas dan body dojonya, jelas Toray Judo Club bukan tandingan Judo Trisakti. Tapi mengapa, seluruh program yang saya cetuskan di Trisakti selalu berjalan dengan baik dan di Toray seperti Nol Besar!.

8 bulan lamanya saya mencoba mengelola masalah ini, mencari tahu, mencoba memecahkan dan mengkonsep jalan keluar. Sangat sulit pada awalnya. Namun setelah kegagalan program saya untuk mengajak pejudo dari Toray Judo Club ke Dublin - Irlandia. Sebuah Fakta mengejutkan akhirnya mengetuk jidat saya. Inilah masalahnya :
  1. Sebagai klub besar (dulu dan sekarang), iklim di Toray Judo Club telah mengajarkan sebuah sifat yang jujur cukup menjadi budaya, yakni KETERGANTUNGAN. Imbasnya, ketika kucuran dana dari Toray ataupun lembaga lain yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan perkumpulan ini di stop. Maka roda prestasi perkumpulan ini ikut berhenti.
  2. Posisi dan lokasi Toray Judo Club juga dianggap ‘sedikit’ menyulitkan beberapa peminat olahraga Judo untuk mencari letak Dojo tersebut. Imbasnya, Toray Judo Club senantiasa dihiasi dan diisi oleh pejudo-pejudo bermuka lama alias pengurus dan pelatih sulit mencari regenerasi penerus. Dengan hanya mengandalkan informasi dari mulut ke mulut, setidaknya regenerasi akan menyita dan membutuhkan proses yang sangat lama.
  3. Sebagai Dojo yang diprakarsai oleh seorang Jepang (Mr. Nishikawa Sensei), maka dibutuhkan kembali figur seorang jepang dengan kriteria sebagai berikut : bermuka bengis, eks. Juara, disiplin, galak dan memiliki cita rasa old japanesse taste. Artinya, latihan sedikit keras ala Jepang untuk mengembalikan nuansa jepang di Toray Judo Club sangat penting artinya. Dan jangan salah duga, penggunaan pelatih jepang disini bukan berarti menyingkirkan pelatih lokal yang sudah ada. Namun lebih kearah ‘Team Work’. Si Jepang yang melatih, si Lokal yang mengasissteni. Kombinasi Asia ini kan yang sudah jarang terjadi. Coba tengok perkumpulan yang memberdayakan pejudo Korea. Si lokal boro-boro menjadi assisten, yang ada cuma jadi kambing congek pelengkap derita team yang dibinanya wkwkwk.
  4. Bentuk nanggung dari Toray Judo Hall sebenarnya juga ikut berpengaruh. Okelah, sebagai Dojo tempat berlatih Judo, Toray Judo Club tidak ada matinya, cukup luas dan seluruh atlet bisa zempo kaiten bolak-balik sesuka hati !. namun kalau diaplikasikan sebagai Venue pertandingan. Jiaah, Paling banter Cuma buat kompetisi lokal yang maksimal pesertanya cuma 100 orang seperti Kejurda dan Porda. Kalau pesertanya diatas 200 pejudo, kumaha !. mau kelar jam berapa coba. Dan sebagai Informasi, bahwa awal kompetisi Ganesa Cup yang saya buat pada tahun 2009, sebenarnya untuk menguji kapasitas Dojo ini loh. Terbukti pada penyelenggaraan selanjutnya, saya wajib hengkang pindah Venue karena space Toray Judo Hall yang sangat terbatas.
  5. Yang terakhir inilah yang paling miris !. dengan predikat dojo Judo cukup mewah di Indonesia (artinya Dojo yang memang diperuntukkan buat latihan Judo), kemewahan tersebut tidak diimbangi dengan pemeliharaan gedung dan bangunan sekitarnya. Ikut didalamnya exterior dan interior dojo!. Bocor dimana-mana, ditambah lantai yang berlobang belum ditambah dengan kondisi toilet kotor dan air macet yang cukup vital keberadaannya bagi sebuah gedung. Cukup ironis, oleh karenanya saya sangat gembira ketika mendapat kabar bahwa Toray Judo Hall akan segera direnovasi, Hip..hip Horeee!.
Toray Judo Club
Semoga dengan kepedulian kembali seluruh pekerja Jepang terhadap keberadaan Dojo ini, Toray Judo Club akan kembali mengeliat menjadi kompetitor bagi klub-klub besar lainnya. Terlebih bahwa inilah Klub Judo pertama di Propinsi Banten yang dulu sanggup melahirkan pejudo-pejudo handal. Saya tegaskan bahwa Toray Judo Club belum lenyap, apalagi menyandang predikat mati suri. Saat ini kondisinya hanya sedikit vakum prestasi karena keterbatasan dana operasional dan ketidakbecusan beberapa pengurus saja. Kalau anda melihat beberapa pejudo andalan kami harus mengalami kekalahan dalam 1 – 2 tahun terakhir ini, sabar saja  dan tunggu gebrakan kami di masa yang akan datang.   Karena saat ini, kondisi kami lagi menabung moment yang pas !.

Oh ya, bagi kalian yang berminat ikut latihan di Toray Judo Club, atau sebatas ingin berlatih bersama. Silakan saja datang setiap hari Senin, Rabu dan Jumat pkl. 18.30 Wib – selesai. Latihannya free alias non komersil. Saya sendiri, ikut buka kelas bagi pemula di hari Sabtu Pkl. 15.00 Wib dan Minggu Pkl. 10.00 Wib tapi bedanya saya menetapkan iuran bulanan sebesar Rp. 350.000,-/bln !. Kenapa harus beda ? Well, karena saya berpikir dengan pola latihan gratis, seluruh intruktur dan anggota akan membudayakan prinsip Nothing To Lose makanya Judo gak pernah maju. Toh, dana yang terkumpul akan difungsikan untuk kepentingan klub kok. Beli judogi aja sanggup, kenapa iuran harus gratis hehehe !.

FYI : Saya merupakan generasi terakhir dari  Toray Judo Club dari masa dojo tersebut baru berdiri. Generasi yang sekarang adalah anggota yang bergabung 6 - 8 bulan setelah dojo tersebut diresmikan

3 komentar:

  1. Oh my good !!!. Delia kemana saja engkau, Dear Pemirsa. Delia ini merupakan angkatan pertama dari Toray Judo Club, barengan saya. Kebetulan juga orangtua saya dan orangtua Delia (Alm. Bpk. Arie) merupakan Pendiri Toray Judo Club dan pernah menjabat sebagai Ketua Toray Judo Club di masa awal Toray Judo Club Berdiri.

    selebihnya bisa disimak melalui www.judobanten.com

    BalasHapus
  2. Baru baca artikel yang ditulis 8thn yang lalu, kita saling kenal walaupun tidak saling sapa, doain aja bang semoga toray judo bisa Comeback secepatnya

    BalasHapus